Langsung ke konten utama

Beban Mental

Sudah ku buka leptop, siap menuliskan ide-ide tulisan yang muncul di benak. Aku konsep dalam benak, tinggal dituangkan dalam sebuah tulisan. Namun, sekian menit ini ada rasa jengkel, sakit, kesal yang ingin aku utarakan lebih dulu pada tulisan ini. 

Hati ini tersayat, perasaan ini rapuh,  bukan hal yang mudah mendengar hujatan. Sensitif! Rapuh! Sakit, berkata demikian memang menyesakkan dada. Mulut tidak bisa dikondiskan, asal ngomong, asal jeplak, asal cat-cut, nggak pernah mikir efek buruknya terhadap orang yang dihujat demikian. Penghakiman lewat mulut lebih kejam daripada fisik. Fisik memang sakit, lebam iya, gosong iya. Beberapa hari atau minggu kemudian pasti bakal sembuh. Obatnya mudah didapat, asal rajin berobat pun nggak apa. Namun? sakit karena hujatan lisan itu lebih membekas. Sakitnya tiada tara, sakitnya berefek menjalar. Sembuhnya lama.... 

Sakit.... 
Ya sakit..... 
Benar-benar menyesakkan.... 
Dikira bisa nahan, tahan banting... 
Nggaklah.....!!! 


Masalah pernikahan. Apakah hal itu sebuah keharusan yang harus dipenuhi cepat-cepat? harus terburu-burukah ? aku sempat baca buku milik Gita Savitri dan aku sedikit setuju dengan apa yang ia utarakan. Hampir serupa dengan apa yang aku utarakan. Sesuatu yang mengikuti rule manusia itu sebenarnya adalah penyakit. Semua dituntut serba cepat, umur sekian harus jadi pegawai negeri, punya pekerjaan tetap dan mapan, kalau bisa ya harus nikah. Ntar jadi perawan tua kalau nggak nikah-nikah, apa dikata omongan tetangga.



Coba? semua pernyataa itu bikin kesal kan? sakit kan? 

Apa salah sekarang aku menjadi pengangguran, kerjaanku pun nggak selama pegawai kantoran  jam kerja apda umumnya! Apa salah sekarang aku ingin melanjutkan sekolah? Apa salah sekarang, katakanlah aku belum punya calon pendamping? 

Ya Tuhan ngasihnya kapan pun aku terima. Ya sekarang memang ada yang sudah berbicara padaku mengenai itikad baikknya, tapi kalau hatiku masih belum berkata iya apa harus aku paksakan? Apakah aku segera menuntaskan lajang ini beralih ke status menikah? Apakah akhir tahun ini aku harus segera menikah dikarenakan adek laki-laki ku sudah ingin menikah? Aku ikhlas jika adekku menikah terlebih dahulu dariku. Tapi, anggapan keluargaku sendiri yang menentang. Mereka beranggapan jika aku akan jadi perawan tua. Perawan Tua !! bukankan itu menusuk? sangat menusuk!!! Berhak mereka mengahakimiku demikian?? 

Terlebih orang tua sendiri, keluarga sendiri.  Haruskah serba cepat-cepat dan menjadi sebuah keharusan?


Entahlah, ingin sekali aku utarakan semua keluh kesah. Bagaimana aku harus menahan beban mental demkian. Namun aku tak sanggup. sedang tak ingi. 


Beberapa menit ini sukses membuatku tak enak hati dan bernafsu untuk melanjutkan kegiatanku. 
Oke selamat bergalau ria untuk diriku sendiri.... 

Komentar

  1. Lingkungan boleh menuntuk cepat-cepat. Tapi semua keputusan ada ditangan kita. Dan hal yang cepat belum tentu baik, begitu pula yang lambat belum tentu buruk. Dan sebaliknya juga.
    Focus pada tujuan dan impian, itulah intinya.

    BalasHapus
  2. Terima kasih 🙏 iya saya juga lagi tahap belajar

    BalasHapus
  3. Duh mbaaaaak mereka nyebelin banget siiih 😂😂

    Ehtapi kalau sudah banyak yang nanya2 kayak gitu, biasanya semakin dekat dengan jodoh loh. Tinggal kitanya aja yang peka dengan kode alam

    BalasHapus
    Balasan
    1. tahulaahh...
      Kuping aku panass haha


      Amiin YA Allah, kalau aku sih manut yg di atas. Kalau kash sekrang insyaallah siap. Tapi, bdw aku mash pengen sekolah nih sama kayak kamu. Kalau bisa, dua2nya imbang hehe aamiin

      Hapus
  4. Milea, aku ramal umur kita sama. Jadi rasa-rasa seperti ini sebenarnya juga apa yg sedang saya rasakan :(.

    bit.ly/Handmadelokal

    BalasHapus
  5. Wahaaaa , sippp sipp. Ada kawannya 😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertegur Sapa setelah Sekian Lama

  Mari kita buka lembaran baru!  Siang ini aku sedang berada di kedai kopi langgananku. Hampir setiap hari ke sini. Kalau ke sini pesannya itu-itu mulu, jarang ganti! Selain males mikir mau pesan apa, udah cocok sama menu itu aja. Cuma siang ini aku pesan menu yang udah lama banget enggak aku pesan. Ini pun dah lama banget enggak pesen si kopi satu ini. Beberapa waktu lalu suka pesen menu kopi ini untuk temen melek sih. Yap! Siang ini aku pesan es kopi hitam atau black coffee ice. Ide terbesit ketika berada di kendaraan mikir pen seger-seger gitu. Yaudah pesen ini aja!  Oke kembali ke pernyataan awalku, "Mari kita buka lembaran baru!" Tepatnya sih "aku". Setelah setahun lebih enggak ngeblog, aku mulai dengan tulisan pendek ini ya! Aku memutuskan untuk ngeblog di tempat lain atau di sini ya? Ketika tulisan ini aku buat, aku masih bingung mau unggah di mana. Blogku berdomain sudah hangus sejak tahun lalu. Ketika aku memutuskan untuk enggak memperpanjang domain.  Yap!

Keputusan Terbaik untuk Kembali ke Dunia Bloger

  Memutuskan untuk menulis di blog merupakan satu dari keputusan di hidupku yang aku syukuri. Sudah lama ingin aktif kembali di dunia blogger ini. Setelah setahun lebih aku hanya fokus dengan agenda menulisku di platform lain bahkan porsi terbesarku menulis untuk sebuah pekerjaan. Padahal dulunya aku sering menuliskan hal apapun di blog. Apa yang aku suka dan gemari, ulasan (pribadi dan pekerjaan) pengalamanku, bahkan sampai curhatan.  Bahkan aku menerima beberapa pekerjaan lewat blogku setelah aku mulai aktif dan menekuninya di tahun 2017 an. Sungguh sayang blog yang aku bangun dan rawat dari tahun itu terpaksa harus hangus. Bahkan pula aku berikan tempat bernaung yang layak. Teringat, aku menyisihkan uangku dari hasil nulis artikel di media traveling lokal untuk membeli domain. Memang enggak murah, tapi aku masih ingat betul rasanya. Puas banget bisa memberi rumah blogku kala iti dengan jerih payah dari nulis juga. Setiap tahunnya pun aku masih rajin memperpanjang domain.  Aku masih

Hari Ini Bercerita

  Awalnya sih enggak kepengen nulis, tapi karena kebetulan buka laptop yaudahlah ya sekalian! Sekalian menumpahkan unek-unek di hati dan pikiran karena dah lumayan penuh ya bund!  Salah satunya nih! Tadi di sekolah aku dapat celetukan gini “Jangan Bu, jangan mau jadi mertuanya Bu Vera! Nanti apa-apa ditulis di sosmed, kan suka curhat di sosmed dia!” Dan apa reaksiku? Langsung berubah mukaku, lebih syok gitu! Tahan-tahan mukanya jangan kelihatan sakit hatinya, batinku. Huaaa langsung down seketika itu juga. Langsung tetiba nyalahin diri sendiri dan bergumam dalam hati mengiyakan “Mana aku suka curhat lagi di twitter!” “Salah ya?” Tetiba runtuh aja. Kek mau nampelin omongannya tuh enggak ada daya, tapi kalau diem kerasa banget sakit hatinya. Huaaaa!!!  Memang hampir setiap hari aku bakalan nulis apapun di twitter. Memang bener kata orang-orang tuh, si twitter tuh tempatnya sambat. Enggak tahu kenapa aku lebih bisa jujur di sana. Lebih nyaman cerita dan tentunya sambat.  Numpahin isi ha