Langsung ke konten utama

Bunga yang Baru Mekar Dipaksa Layu



Kadang aku suka enggak terima dan ngerasa sebel gitu, di usia sekarang masih aja ngalamin yang namanya patah hati. Kek udah bosen dengan yang namanya cinta, tapi bukan suatu hubungan. Cerita lama yang sering terulang buatku tuh selalu jadi momok aja. Rasanya usia sekarang tuh kek malu aja, ngehabisin energi aja dengan yang namanya jatuh cinta berbelit-belit sampai kepada yang namanya patah hati. 

Enggak mau ribet, kek udah ngerasa mual aja jika mulai dari awal (kek berasa tua banget ya kesannya). Kalau iya dan cocok, ya jalan dan melangkah. Kalau enggak, ya udah. Tapi, aku enggak bisa mengesampingkan proses sih. Aku butuh proses untuk mencerna, mengenal sampai dengan memutuskan buat menjalin hubungan. Cerita lama dan trauma mungkin (keluarga) membuatku benar-bener memilah. Tetapi, ternyata prosesku kelamaan. Aku enggak bisa dengan cepat memutuskan untuk siapa dan di mana akhirnya hati ini berlabuh. Sampai pada akhirnya, ketika aku udah mulai membuka hati ada aja cobaan yang sampai akhirnya membuatku patah hati. 

Kalau kata temenku, bungaku baru aja mekar ee dipaksa untuk layu saat itu juga.  Aku enggak tahu lagi sih, harus nulis dan cerita kek gimana. Keknya ruang nyamanku juga enggak aman-aman banget. 

Aku enggak tahu ya, aku bahkan menyalahkan diriku berlama-lama. Aku menyalahkan diriku yang enggak pernah bisa dengan cepat membuka dan mengambil keputusan untuk hatiku. Aku juga enggak bisa memilah dengan rasional sebenarnya hatiku akan berlabuh dalam waktu kapan. Bahkan, aku merasa menjadi orang yang sangat jahat. Sampai kepada rasa penyesalan itu kerap menghampiri. Apakah seharusnya aku gampangan saja?

Tapi, lagi-lagi temanku berkata. Setiap orang punya proses untuk hatinya tuh berbeda-beda. Mungkin aku emang salah satunya, salah satu manusia yang susah banget untuk membuka hati. Enggak satu dua kali, bahkan berkali-kali bahkan teman-temanku sendiri bosan ketika mengenalkanku dengan lelaki. Enggak dengan mudah meluluhkan hatiku. Membuka diri saja begitu sangat sulit. Namun, sekiranya aku mulai membuka dan aku tertarik, aku bakal mencurahkan semuanya. Dan di titik ini lagi-lagi aku benci pada diriku.

Aku benci pada diriku yang enggak bisa berpikir rasional dan bijak. Aku benci pada diriku yang sekuat tenaga dan pikiran hanya mencurahkan diri pada satu manusia. Berharap yang enggak tahu bakal kepastian itu di mana, benar-benar menyakitkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertegur Sapa setelah Sekian Lama

  Mari kita buka lembaran baru!  Siang ini aku sedang berada di kedai kopi langgananku. Hampir setiap hari ke sini. Kalau ke sini pesannya itu-itu mulu, jarang ganti! Selain males mikir mau pesan apa, udah cocok sama menu itu aja. Cuma siang ini aku pesan menu yang udah lama banget enggak aku pesan. Ini pun dah lama banget enggak pesen si kopi satu ini. Beberapa waktu lalu suka pesen menu kopi ini untuk temen melek sih. Yap! Siang ini aku pesan es kopi hitam atau black coffee ice. Ide terbesit ketika berada di kendaraan mikir pen seger-seger gitu. Yaudah pesen ini aja!  Oke kembali ke pernyataan awalku, "Mari kita buka lembaran baru!" Tepatnya sih "aku". Setelah setahun lebih enggak ngeblog, aku mulai dengan tulisan pendek ini ya! Aku memutuskan untuk ngeblog di tempat lain atau di sini ya? Ketika tulisan ini aku buat, aku masih bingung mau unggah di mana. Blogku berdomain sudah hangus sejak tahun lalu. Ketika aku memutuskan untuk enggak memperpanjang domain.  Yap!

Keputusan Terbaik untuk Kembali ke Dunia Bloger

  Memutuskan untuk menulis di blog merupakan satu dari keputusan di hidupku yang aku syukuri. Sudah lama ingin aktif kembali di dunia blogger ini. Setelah setahun lebih aku hanya fokus dengan agenda menulisku di platform lain bahkan porsi terbesarku menulis untuk sebuah pekerjaan. Padahal dulunya aku sering menuliskan hal apapun di blog. Apa yang aku suka dan gemari, ulasan (pribadi dan pekerjaan) pengalamanku, bahkan sampai curhatan.  Bahkan aku menerima beberapa pekerjaan lewat blogku setelah aku mulai aktif dan menekuninya di tahun 2017 an. Sungguh sayang blog yang aku bangun dan rawat dari tahun itu terpaksa harus hangus. Bahkan pula aku berikan tempat bernaung yang layak. Teringat, aku menyisihkan uangku dari hasil nulis artikel di media traveling lokal untuk membeli domain. Memang enggak murah, tapi aku masih ingat betul rasanya. Puas banget bisa memberi rumah blogku kala iti dengan jerih payah dari nulis juga. Setiap tahunnya pun aku masih rajin memperpanjang domain.  Aku masih

Hari Ini Bercerita

  Awalnya sih enggak kepengen nulis, tapi karena kebetulan buka laptop yaudahlah ya sekalian! Sekalian menumpahkan unek-unek di hati dan pikiran karena dah lumayan penuh ya bund!  Salah satunya nih! Tadi di sekolah aku dapat celetukan gini “Jangan Bu, jangan mau jadi mertuanya Bu Vera! Nanti apa-apa ditulis di sosmed, kan suka curhat di sosmed dia!” Dan apa reaksiku? Langsung berubah mukaku, lebih syok gitu! Tahan-tahan mukanya jangan kelihatan sakit hatinya, batinku. Huaaa langsung down seketika itu juga. Langsung tetiba nyalahin diri sendiri dan bergumam dalam hati mengiyakan “Mana aku suka curhat lagi di twitter!” “Salah ya?” Tetiba runtuh aja. Kek mau nampelin omongannya tuh enggak ada daya, tapi kalau diem kerasa banget sakit hatinya. Huaaaa!!!  Memang hampir setiap hari aku bakalan nulis apapun di twitter. Memang bener kata orang-orang tuh, si twitter tuh tempatnya sambat. Enggak tahu kenapa aku lebih bisa jujur di sana. Lebih nyaman cerita dan tentunya sambat.  Numpahin isi ha