Tahun
kedua aku sebagai mahasiswa magister di sebuah universitas negeri di Malang.
Masih ku ingat betul bagaimana ujian keduaku berbuah hasil, yah akhirnya lolos.
Gimana senengnya saat itu, nggak sabar memulai perkuliahan. Kalian tahu? Aku sempat
sumpek hampir setahun kerja di instansi yang bikin aku nggak jadi diri sendiri.
Duh kamu, baru lulus saja minta semaumu. Sudah ku tahan hampir setahun lebih,
nyatanya aku memang tidak nyaman kerja di sana. Kuliah keknya enak ya? Nggak
perlu mikir dan ngerasain beban yang hampir tiap hari aku sambatin sama temen.
Ku
sempat mikir bahwa keputusanku buat kuliah lagi bakal bisa nata hidupku lebih
baik. Nggak ada masalah yang gimana-gimana kek kerja. Paling masalahku cuma
terkendala sama tugas doang. Dan paling bisa dengan mudah diselesaikan. Tapi,
kenyataanya tidak! Aku semakin jauh dengan diriku sebenarnya. Aku makin nggak
bisa fokus dan nggak mengandalkan apa yang ku punya secara maksimal. Aku makin
teledor.
Dari
awal aku udah janji buat fokus kuliah dan kerja sampingan untuk ngebiayain uang
sehari-hariku. Nyatanya itu nggak bertahan penuh, mulai di tahun kedua aku
mulai ngandat soal kerja. Yang niat awalnya aku keliling kedai kopi, tempat
makan, jajan, dan main adalah sebagai pasokan dana, nyatanya aku terbuai. Aku
terbuai dengan dunia yang belum aku jelajahin dan baru kenal di perjalananku
itu. Aku makin surut kirim tulisan, di samping itu ada krisis di sana.
Makin-makin aku nggak pernah kirim tulisan, tapi aku makin sering main.
Kenyataanya
aku memang mendapatkan hal lain, aku sampai sekarang menyebutnya sebagai masa
mudaku tumbuh lagi. Hahaa,,,kalau dirasa-rasa terakhir aku ngalamin demikian
ketika SMA dan ketemu sahabat dan masa-masa kos. Rasanya enjoy banget, bisa temenan sama orang
baru layaknya teman lama. Aku banyak kenal orang baru, banyak interaksi dengan
orang baru. Aku juga pernah bahas ini di podcastku saking senannya kenal
mereka.
Tapi,
aku mulai lalai akan semua hal termasuk kewajibanku. Dan itu makin menjadi di semester
kemarin. Aku jarang ke Malang karena memang udah nggak ada kuliah, cuma ngajar doing
tapi semiggu cuma 2 kali doang. Sering meet up sama temen, sering ngopi, sering
main, dan jajan. Pokoknya semuanya
kesenanganku yang ngebuat aku lupa sama janjiku di awal. Yah, aku tidak
pernah menyesal bertemu dan menjalin pertemanan dengan mereka, namun kontrol dari
ini nggak ada.
Ada
yang datang begitu pula ada yang pergi. Aku mulai tahu akan hal ini. Aku sangat
jarang ketemu dan berkomunikasi dengan satu sahabatku. Dia seperti digantikan
dengan orang baru ini. Aku sendiri sering mikir kek gini, apakah aku sebutuhnya
itu sama mereka? Sampai aku nggak bisa buat melakukan sendiri. Sebegitu ketergantungankah
aku dengan teman?
Aku
makin jarang kirim tulisan yang niat awal dia sebagai pemasok uang saku
keseharianku. Aku makin boros, making nggak kekontrol soal kopi. Aku mulai dan
makin candu dengan kopi. Aku bahkan punya niatan buat nyobain berbagai kedai
kopi dengan kopi yang mereka tawarkan. Aku makin seneng nulis, makin seneng
ngisi blog tapi nggak diimbangi dengan kesenangan buat nulis artikel. Kalau ada
tugas aku sering menunda, ini penyakit yang mulai tumbuh di aku dan menganggu
sampai sekarang. Padahal aku dulunya nggak kek gini.
Krisisnya
lagi, kok aku makin nggak pede buat ngajar ya. Mungkin karena hampir setahun
aku sama sekali nggak ngajar, apalagi sebagai tentor. Aku makin menjauh dari
dunia yang sebelumnya aku minati. Dulunya aku senang bergelut di dunia itu. Sekarang
aku makin krisis diri.
Yah
krisis ini akhirnya menumpuk jadi satu. Aku belum bisa fokus sama tesis. Aku makin
nggak usaha cari kerja. Aku makin sering main, sering jalan dan jajan. Aku
makin boros. Aku makin nggak ada kegiatan. Aku makin jadi manusia yang nggak berguna,
yah manusia rebahan. Demikianlah . . . .
Komentar
Posting Komentar