Mengenai lingkaran pertemanan. Aku sendiri sangat bersyukur karena 2/3 tahun lalu aku berani untuk keluar zona nyaman. Aku mulai kenal dengan orang lain, tepatnya orang baru. Gaul dengan mereka, nongkrong dengan mereka, curhat (sedikit), terkadang diskusi, dan sampai main.
Pasti ada waktu, di mana aku ternyata nyaman sama mereka. Aku menikmati dunia baruku. Dan aku bersyukur atas itu. Namun, ada sisi yang lain aku merasa nggak nyaman dan bahkan tidak ingin melanjutkan ke hal lebih (seperti curhat soal privasiku).
Ternyata aku hanya cocok pada beberapa orang saja untuk ngobrol serius. Ternyata aku juga hanya cocok dengannya ketika ngomongin atau diskusiin tentang hal yang sama. Ternyata juga beberapa mereka emang aslinya enak buat diajak nongkrong dan hanya huhu haha. Ada juga dari mereka yang sampai aku jengah, muak, sampai ya udahlah "bodo amat' dengan apa yang keluar dari mulutnya.
Mungkin memang usia kita nggak sama, usia kita terpaut jauh. Ada kalanya memang kita berucap asal berucap. Niat kita nggak menyinggung eeh malah nyakitin yang lain. Sampai dari tahap kadang omongan mereka atau dia membuatku frustasi sesaat. Bahkan galau berkepanjangan soal hubungan pertemanan antara satu kepala dengan kepala yang lain. Sampai di mana, aku males menanggapi dan aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Sampai "bodo amat" dengan apa yang keluar dari mulutnya.
Mereka atau aku nggak perlu tahu dan harus tahu tentang masing-masing kita. Kalau mau atau ada yang nggak mau diceritakan, ya sudah jangan dipaksa. Mentang-mentang kita terbiasa nongkrong bareng, harus juga berbagi cerita satu sama lain. Ada kalanya, kita memang harus cuek dengan hal tersebut. Seperti penggolongan tadi, kalau anaknya asyik diajak curhat ya curhatnya ke anak itu. Kalau cuma asyik dan nyaman buat temen nongkrong ya cuma sebatas itu. Nggak bisa dipaksakan!
Soal privasi, aku kadang masih suka sebel sama orang yang belum ngerti apa sih yang namanya privasi. Contoh kecil soal follow unfollow, soal membisukan diri dari status, dan lain halnya. Kalau dari aku, walau kita sering main dan nongkrong bareng, bukan berarti kita punya akses untuk ke hidupku (berlaku juga untuk kamu, kalian, dan semua). Dan itu sebaliknya.
Nggak usah merasa sakit hati, nggak usah berasa dirimu itu nggak dimengerti atau bahkan punya pikiran nggak dianggap teman. Bukan! jauh dari soal itu! Berteman ya berteman, tapi untuk sampai ke tahap serius itu butuh proses. Sama halnya dengan mempunyai hubungan dengan lawan jenis. Pasti butuh proses menuju ke situ.
Kadang susah juga jelasin ke orang tentang ini, tapi ya kalau selama mental dan pikiran ini bisa waras dengan "melakukan itu" ya tetap dijalanin saja.
Selamat hari senin . . . .
Komentar
Posting Komentar