Selamat siang penikmat kegalauanku, silahkan tertawa
bahkan saya anjurkan prihatin atas kealay-an
saya hehe. Untuk beberapa postingan saya sejak kemarin, sudah jelas terpampang
nyata bahwa saya dalam keadaan tidak baik alias loro. Uduk loro jobo nanging jero
(bukan sakit di diluar, tapi sakit di dalam) sakitnya tuh disini hehe. Jangan pernah melupakan bahwa Allah lah yang
memberi rasa sakit, senang, gundah, resah, bahkan bangga dalam tawa. Maka dari
itu, tak ada kata menyerah dan pasrah pada keadaan. Yang perlu aku patri
dalam-dalam sampai detik ini, aku masih inggin menikmati dunia ku yang menggila
dan terlalu asyik untuk aku gores dengan mendramatisir ala kisah sinetron. Kali
ini aku sedikit menemukan penangkal segala kerapuhanku (ceileh). Kali ini ijinkan seonggok daging yang sudah mulai menuai
ini , berbagi esai menarik seputar gadget.
Siapa
coba di era sekarang pada nggak punya gadget?
Siapa coba yang nggak pada kenal Instagram, Whatsap, BBM, Line, Path, dan yang
telah beranak pinak Facebook. Bahkan anak kecil sudah mahir berceloteh di
berbagai medsos. Mulai dari status
galau, berpose kekenian, sampai berpose tak senonoh. Astagfirullah. Ya gadget udah jadi senjata makan tuan
kayaknya. Kalau kita tak menggunakannya secara bijak akan berpotensi menimbulkan
masalah bagi pengguna itu sendiri. Lihatlah saja, banyak kasus-kasus yang
bermula dari sebuah gadget yang sukses
meluncur di dunia maya yang kejam hehe.
Tak
jarang juga fenomena saat ini, beberapa dari kita akan sibuk untuk mengeksiskan diri sendiri. Mulai menggugah
foto, status, bahkan vidio atau vlog. Tangan kita pasti dengan sangat lancar
meng-update kesaharian kita, ya layakya diary .Segala bentuk kerikil dan batu
kehidupan kita share di sosmed kita,
dari mulai seneng, galau (ngaca pada
diriku), posting foto se
ngehist-ngehitsnya, update pernah makan di tempat makan mahal, update
mengunjungi tempat-tempat yang lagi hits, sampai berpose manja sama pacar, ngenalin
gebetan baru sambil pose-pose cantik (yah
gg sah tanya aku, baru patah hati haihai), posting lagi Quality Time bersama keluraga atau
teman, hingga yang paling parah posting-postingan sampah.
Ya
setelah hampir dua paragraf pembukaan, ku kira saatnya membagikan salah satu
kisah untuk para pembaca setia blog ku (PD
ngeeet). Ya kala itu aku bersama keempat sahabatku sedang makan malam
bersama. Jangan salah kita akan semangat makan dan rela nyamperin tempat makan
malam-malam hanya karena embel-embel TRAKTIRAN. Jangan dikira kita bakalan
diem, para bebek-bebek seperti kita sudah siap mengoceh. Nggak ada kata diam di
kamus kita. Udah bisa dikenali, kita akan brutal saat sudah satu kecap kata saja
terlontar dari mulut kita. Suaranya berisik, menggangu, bahkan aku saja yang menyadarinya
sedikit malu dengan pengunjung lainnya. Aku menoleh di sebalah meja kami, terlihat
keluarga cemara, terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anaknya. Memang tidak
ada spesial dari pemandangan itu sebelumnya, namun ada yang sempat mengusik
mataku.
Kami
memang lagi sibuk dengan obrolan kami, sampai makanan di meja telat kami jamah.
Dan saat itu pula pandangaku mulai terfokus pada mereka. Sembari menunggu
pesanan mereka sibuk bermain gadget.
Parahnya lagi, begitu juga dengan kedua anaknya yang sibuk memainkan gadgetnya masing-masing. Ku lihat satu
sisi sang ibu sedang bermain facebook, mengotak ngatik media sosial biru itu.
Anak laki-laki diseberangnya juga sibuk menunduk dengan segala jemarinya yang
lincah berjalan-jalan dilayar gadgetnya.
Dan yang terakhir anak perempuan yang tepat disebelahku sedang mendengarkan
musik dan bermain-main dengan layar gadgetnya
yang lebar. Entah sang ayah kemana, yang jelas mereka sedang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Tanpa berucap
dan saling berbicara mereka telah tenggelam pada dunia masing-masing.
Sungguh
ironis bukan, mungkin niat mereka di awal adalah menghabiskan waktu bersama.
Namun nyatanya, setiap dari mereka telah tenggelam dan memilih gadget sebagai kekasihnya. Entah mungkin
aku saja yang suudzon menanggapinya, sah-sah saja kan ketika pesanan belum
datang daripada bosan mainan gadget aja.Tetapi
akan lebih baik bukan seperti itu, mending beberapa waktu itu dapat digunakan
sebagai ajang komunikasi sayang antar anggota keluarga. Walau hanya sekedar
bertanya kabar pada si anak, apakah mereka di sekolah baik-baik saja, bagaimana
pelajaran di sekolah, menanyakan kabar istri bahkan mengungkapkan kata sayang
pada sang ayah, atau bisa saja mereka bergurau untuk mencairkan suasana.
Ya tak jauh berbeda dengan ku dan teman-teman. Memang
generasi sekarang berbeda dengaan dulu. Kita tak akan pernah lepas dari yang
namanya gadget, kebutuhan dunia maya
sekarang telah menjadi makanan pokok. Tapi aku dan teman-temanku memiliki
prinsip, jika kita sedang bersama akan lebih baik gadget dikesampingkan dulu. Masing-masing diri kita mempunyai waktu
untuk menuntaskan keperluan kita, seperti update Path, instagram story, bahkan
berfoto. Nah sehabis itu kita akan meletakkan gadget kita dan memulai suatu obrolan menarik penawar rasa rindu,
penghela sesak, bahkan bercanda. Ya nggak ku pungkiri juga, aku bakalan update
di berbagai media sosial ku (agar
terlihat lebih hits hehe). Namun aku telah belajar sedikit demi sedikit,
aku tak akan membawa gadgetku ketika
aku bersama orang-rang terkasihku. Jangan kau merasa sepi di keramaian saat kau
menunduk untuk sebuah kotak besimu itu. Maaf jika mengambil gambar secara diam diam
Sedih bgt ya emang liatnya...
BalasHapus