Ya
Allah aku kemarin udah nulis soal ini, tinggal unggah ee nggak tahu kenapa kok
filenya kosong. Ngambek jelas! Haha . . . Lagian laptop udah rewel, baiklah
saatnya divaksin dulu biar kuat.
Dari
janji akan menulis setiap hari, berakhir menjadi sabuah janji palsu. Postingan
ini akan menjadi postingan rapelan karena sering bolos beberapa hari ini.
Kebetulan curhatan kali ini memang menghantuiku beberapa minggu ini. Soal pekerjaan . . .
Hampir
satu tahun aku udah nggak kerja. Dimaksudkan kerja dengan jam pasti atau bisa
dibilang telah menjadi rutinitas. Jujur, aku emang nggak punya pasokan pasti. Tapi.
Alhamdulillah aku udah nggak pernah minta orang tua. Dalam arti merepotkan
nenek,ibuk, ayah,dan semua keluarga besarku. Aku bersyukur, tahun kemaren aku
banyak kirim tulisan dan punya uang saku sendiri. Walau nggak bisa konsisten
dan mengandalkan dari nulis ajah. Bapak, yah Bapak hadir menutup itu semua.
Walau aku nggak pernah minta, kalau dikirim yah dipakai. Walau awal kali aku
bener-bener nggak mau pakai, tapi mau sampai kapan aku egois? Kiranya begitu .
. .
Aku
sadar betul, aku banyak menyia-nyiakan kesempatan. Buktinya, aku nggak kerja
tapi suka sekali menghamburkan uang untuk jajan terutama jajan kopi yang jadi
kesukaanku sekarang. Aku sama sekali nggak bisa nabung, ada ajah alasan buat
ambil tabungan. Yah mau nggak mau harus ambil demi bertahan nggak minta uang
ortu. Tapi, ada juga tetep ambil untuk sesuatu yang sebenarnya tak ku butuhkan.
Sampai
saat ini pun tesisku nggak begerak. Jujur, ini jadi beban aku banget. Aku nggak
bisa cerita ke orang lain, mau cerita ke siapa? Mereka juga nggak akan ngerti
kondisiku? Yang aku tahu sebab atau asal muasal adalah dari aku sendiri.Motivasi ku menurun, ini mungkin yang dinamakan kufur nikmat. Kadang kalau mau cerita suka minder, nggak enak, atau mereka [asti menghujat sebelum semua yang di pikiranku keluar.
Mana janji ku
dulu? Untuk rajin kuliah, rajin cari tambahan, setidaknya aku nggak merpotkan
orang tua atau orang lain di sekililingku. Aku paling nggak bisa, egois, keras
kepala, nggak bakal minta uang ke orang tua. Jatuhnya kadang aku harus pinjam
uang ke temen. Ada kalanya juga rela nggak balik Malang karena emang nggak
ada duit buat beberapa hari di sini. Tapi, kembali lagi keinginanku buat jajan
kopi jarang banget bisa direm.
Tapi,
Allah benar Maha Baik. Ada ajah rejeki yang datangnya nggak terduga. Walau
nggak selalu berupa uang, namun rasa cukup. Ada di saat bener-bener nggak ada
duit, tetiba dikasih uang saku tanpa diminta, dapat projek pengerjaan media
guru SD dan TK, bantuin temen nanti ditraktir apa gitu, dan aku berusaha buat
buka jasa edit naskah. Ya walau cuma ada satu pelanggan sampai saat ini, itu
udah sangat cukup. Alhamdulillahnya juga, walau mereka datang hanya tanya atau
minta buatin skiripsi (yang jelas akan aku tolak), itu udah buat aku seneng.
Jasa yang aku cetuskan bersama kedua temenku setidaknya menarik minat walau belum jadi rejeki kita.
Aku kadang kalau curhat gini, nggak semua keluar. Mampet ajah, mungkin sekarang lebih seneng dan sering mendem. Padahal tujuan awal curhat di sini setidaknya bair tambah plong.
Bersambung
. . .
Komentar
Posting Komentar