Langsung ke konten utama

Sebuah Dilema




Dari lulus S1 dulu dilema mau kerja di mana udah jadi beban pikiranku. Setiap sekolah sudah aku datangi untuk melamar kerjaan entah itu mereka buka lowongan guru atau nggak. Memang betul, hidup kita tidak berakhir dari lulus sidang sampai ke wisuda. Justru setelah kita lulus itu berarti awal mula kita dalam menapaki hidup selanjutnya. Apalagi dengan embel-embel sarjana, beban banget. Kuliah tinggi, kuliah lama dengan biaya yang nggak sedikit, kita harus benar mengejar apa yang dinamakan pekerjaan. Ibarartnya menembus semua itu. Beban? Jelas! Terlebih ini adalah jalan yang kita ambil. Gunakan ijazahmu!

Bolak-balik menaruh lamaran kerja sudah jadi kerjaanku dulunya. Sampai aku diterima kerja di sebuah sekolah beberapa bulan sebelum ijazahku turun. Yah, kalau memang rejeki tidak ke mana, mau kita kejar  kek apapun. Bersyukur, jelas. Masih ada yang kesulitan cari kerja selain aku. Tapi, memang jodoh nggak hanya seputar soal aku sama dia, soal kerjaanmu begitu. Memustuskan resign beberapa kali pun pernah. Sampai tempat kerja baru terkahir menjadi tempat kerja yang aku impikan, tapi aku harus memilih. Hidup adalah memilih mau tetap ngajar atau mengejar mimpiku untuk S2.

Sebagai pemburu pekerjaan ibaratnya telah ku lalui. Aku tahu rasanya, tahu gimana perjalanan itu nggak mudah. Capek! Lelah hati dan pikiran! Sekarang? Terjadi kembali! Justru saat aku berjuang dengan tesisku saat ini, rasanya ingin mencari jalan pintas dengan mencari pekerjaan. Seperti lari dari tanggung jawab akan tesisku yang tak kunjung usai. Beban yang ku pikul sendiri tanpa aku tahu harus bercerita kepada siapa.

Si sulung yang masih menempuh pendidikan sedangkan kedua adekknya sudah bekerja. Beban? Jelas banget! Andai orang tuaku membaca ini, kadang aku ingin berlabuh pada mereka. Tapi, gengsiku lebih besar. Aku yang meminta untuk melanjutkan kuliah, aku sendiri yang meminta jalan ini. Aku harus tanggung jawab! Tapi, sungguh aku sangat lelah. Aku butuh motivasi, aku butuh dukungan. Entah apa yang membuatku begitu tak berdaya sampai detik ini. Sedih, sangat!

Sampai saat ini pun konsentrasi ku terpecah, di saat aku menemukan dunia baru. Berkenalan dengan orang, berinteraksi dengan orang baru. Aku seperti mendapat asupan energi baru, tapi aku makin nggak bisa fokus dengan tujuan utamaku yaitu menyelesaikan studiku dengan baik dan tepat waktu. Mau aku berasalan sebanyak apapun, semua ini terjadi karena aku sendiri.

Sekarang aku nggak boleh egois. Mau sampai kapan aku terus berpangku tangan? Mau sampai kapan aku nggak bisa nabung? Mau sampai kapan aku tetap membuat orang tuaku memikirkan nasib si sulung? Mau sampai kapan aku nggak bisa ngasih apa-apa ke orang tua?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertegur Sapa setelah Sekian Lama

  Mari kita buka lembaran baru!  Siang ini aku sedang berada di kedai kopi langgananku. Hampir setiap hari ke sini. Kalau ke sini pesannya itu-itu mulu, jarang ganti! Selain males mikir mau pesan apa, udah cocok sama menu itu aja. Cuma siang ini aku pesan menu yang udah lama banget enggak aku pesan. Ini pun dah lama banget enggak pesen si kopi satu ini. Beberapa waktu lalu suka pesen menu kopi ini untuk temen melek sih. Yap! Siang ini aku pesan es kopi hitam atau black coffee ice. Ide terbesit ketika berada di kendaraan mikir pen seger-seger gitu. Yaudah pesen ini aja!  Oke kembali ke pernyataan awalku, "Mari kita buka lembaran baru!" Tepatnya sih "aku". Setelah setahun lebih enggak ngeblog, aku mulai dengan tulisan pendek ini ya! Aku memutuskan untuk ngeblog di tempat lain atau di sini ya? Ketika tulisan ini aku buat, aku masih bingung mau unggah di mana. Blogku berdomain sudah hangus sejak tahun lalu. Ketika aku memutuskan untuk enggak memperpanjang domain.  Yap!

Keputusan Terbaik untuk Kembali ke Dunia Bloger

  Memutuskan untuk menulis di blog merupakan satu dari keputusan di hidupku yang aku syukuri. Sudah lama ingin aktif kembali di dunia blogger ini. Setelah setahun lebih aku hanya fokus dengan agenda menulisku di platform lain bahkan porsi terbesarku menulis untuk sebuah pekerjaan. Padahal dulunya aku sering menuliskan hal apapun di blog. Apa yang aku suka dan gemari, ulasan (pribadi dan pekerjaan) pengalamanku, bahkan sampai curhatan.  Bahkan aku menerima beberapa pekerjaan lewat blogku setelah aku mulai aktif dan menekuninya di tahun 2017 an. Sungguh sayang blog yang aku bangun dan rawat dari tahun itu terpaksa harus hangus. Bahkan pula aku berikan tempat bernaung yang layak. Teringat, aku menyisihkan uangku dari hasil nulis artikel di media traveling lokal untuk membeli domain. Memang enggak murah, tapi aku masih ingat betul rasanya. Puas banget bisa memberi rumah blogku kala iti dengan jerih payah dari nulis juga. Setiap tahunnya pun aku masih rajin memperpanjang domain.  Aku masih

Hari Ini Bercerita

  Awalnya sih enggak kepengen nulis, tapi karena kebetulan buka laptop yaudahlah ya sekalian! Sekalian menumpahkan unek-unek di hati dan pikiran karena dah lumayan penuh ya bund!  Salah satunya nih! Tadi di sekolah aku dapat celetukan gini “Jangan Bu, jangan mau jadi mertuanya Bu Vera! Nanti apa-apa ditulis di sosmed, kan suka curhat di sosmed dia!” Dan apa reaksiku? Langsung berubah mukaku, lebih syok gitu! Tahan-tahan mukanya jangan kelihatan sakit hatinya, batinku. Huaaa langsung down seketika itu juga. Langsung tetiba nyalahin diri sendiri dan bergumam dalam hati mengiyakan “Mana aku suka curhat lagi di twitter!” “Salah ya?” Tetiba runtuh aja. Kek mau nampelin omongannya tuh enggak ada daya, tapi kalau diem kerasa banget sakit hatinya. Huaaaa!!!  Memang hampir setiap hari aku bakalan nulis apapun di twitter. Memang bener kata orang-orang tuh, si twitter tuh tempatnya sambat. Enggak tahu kenapa aku lebih bisa jujur di sana. Lebih nyaman cerita dan tentunya sambat.  Numpahin isi ha