Semalem lupa buat nulis padahal udah aku tulis kerangka tulisannya. Curhat aja pakai kerangka tulisan segala. Aku lagi berusaha ngembangun tulisan biar nggak ke mana-mana bahasannya. Lagi suka juga nulis tangan, apapun itu. Pengen lebih punya memorian tulisan tangan agak banyak gitu lo. Ini bakal jadi kenang-kenangan.
Kan bahasnya ke mana-mana padahal bukan ini yang mau aku curhatin kali ini.
Sebenarnya kemarin itu ada satu pikiran yang ngusik pikiranku kembali. Tetiba ajah galau dengan sangat cepat. Bisa kek gitu ya, suasana hati tiba-tiba ajah berubah gitu ya. Kamu bisa ajah bahagia sekarang dan tiba-tiba kamu bisa sedih di waktu yang sama. Dan semua berjalan cepat.
Pagi ini perasaanku sudah baik, padahal kemarin sempat nggak enak hati. Kemarin juga, hapi banget jalani hari eee bisa gitu seketika jadi galau. Begitulah Tuhan membolak-balikkan hati manusia.
Kemarin rasanya tiba-tiba ada beban berat langsung menghantam pundakku. Tumpah ke aku. Yang awalnya aku baik-baik ajah dengan pikiran itu, tetiba diingatkan kembali. Benar, seperti membuka luka lama. Ini benar-benar menjadi beban untuk seoarang anak sulung dan sampai sekarang aku masih sangat merepotkan orang tua.
Aku diingatkan oleh kenyataan bahwa aku belum membahagiakan orang tua. Aku masih berdiam diri untuk semua harapanku, masa depanku. Aku masih jalan di tempat . . .
Aku takut, mungkin orang tuaku, keluargaku diam-diam mengungkit-ungkit soal masa depanku. Soal kuliah dan kerja. Aku sungguh tidak memahami, namanya membahagiakan orang tua itu seperti apa. Apakah tolak ukur kesemuanya adalah materi ?
Sungguh ini sedikit menyiksaku.
Komentar
Posting Komentar