Langsung ke konten utama

Beban Tumpah Ruah


Semalem lupa buat nulis padahal udah aku tulis kerangka tulisannya. Curhat aja pakai kerangka tulisan segala. Aku lagi berusaha ngembangun tulisan biar nggak ke mana-mana bahasannya. Lagi suka juga nulis tangan, apapun itu. Pengen lebih punya memorian tulisan tangan agak banyak gitu lo. Ini bakal jadi kenang-kenangan. 

Kan bahasnya ke mana-mana padahal bukan ini yang mau aku curhatin kali ini. 

Sebenarnya kemarin itu ada satu pikiran yang ngusik pikiranku kembali. Tetiba ajah galau dengan sangat cepat. Bisa kek gitu ya, suasana hati tiba-tiba ajah berubah gitu ya. Kamu bisa ajah bahagia sekarang dan tiba-tiba kamu bisa sedih di waktu yang sama. Dan semua berjalan cepat. 

Pagi ini perasaanku sudah baik, padahal kemarin sempat nggak enak hati. Kemarin juga, hapi banget jalani hari eee bisa gitu seketika jadi galau. Begitulah Tuhan membolak-balikkan hati manusia. 

Kemarin rasanya tiba-tiba ada beban berat langsung menghantam pundakku. Tumpah ke aku. Yang awalnya aku baik-baik ajah dengan pikiran itu, tetiba diingatkan kembali. Benar, seperti membuka luka lama. Ini benar-benar menjadi beban untuk seoarang anak sulung dan sampai sekarang aku masih sangat merepotkan orang tua. 

Aku diingatkan oleh kenyataan bahwa aku belum membahagiakan orang tua. Aku masih berdiam diri untuk semua harapanku, masa depanku. Aku masih jalan di tempat . . . 

Aku takut, mungkin orang tuaku, keluargaku diam-diam mengungkit-ungkit soal masa depanku. Soal kuliah dan kerja. Aku sungguh tidak memahami, namanya membahagiakan orang tua itu seperti apa. Apakah tolak ukur kesemuanya adalah materi ?

Sungguh ini sedikit menyiksaku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertegur Sapa setelah Sekian Lama

  Mari kita buka lembaran baru!  Siang ini aku sedang berada di kedai kopi langgananku. Hampir setiap hari ke sini. Kalau ke sini pesannya itu-itu mulu, jarang ganti! Selain males mikir mau pesan apa, udah cocok sama menu itu aja. Cuma siang ini aku pesan menu yang udah lama banget enggak aku pesan. Ini pun dah lama banget enggak pesen si kopi satu ini. Beberapa waktu lalu suka pesen menu kopi ini untuk temen melek sih. Yap! Siang ini aku pesan es kopi hitam atau black coffee ice. Ide terbesit ketika berada di kendaraan mikir pen seger-seger gitu. Yaudah pesen ini aja!  Oke kembali ke pernyataan awalku, "Mari kita buka lembaran baru!" Tepatnya sih "aku". Setelah setahun lebih enggak ngeblog, aku mulai dengan tulisan pendek ini ya! Aku memutuskan untuk ngeblog di tempat lain atau di sini ya? Ketika tulisan ini aku buat, aku masih bingung mau unggah di mana. Blogku berdomain sudah hangus sejak tahun lalu. Ketika aku memutuskan untuk enggak memperpanjang domain.  Yap!

Keputusan Terbaik untuk Kembali ke Dunia Bloger

  Memutuskan untuk menulis di blog merupakan satu dari keputusan di hidupku yang aku syukuri. Sudah lama ingin aktif kembali di dunia blogger ini. Setelah setahun lebih aku hanya fokus dengan agenda menulisku di platform lain bahkan porsi terbesarku menulis untuk sebuah pekerjaan. Padahal dulunya aku sering menuliskan hal apapun di blog. Apa yang aku suka dan gemari, ulasan (pribadi dan pekerjaan) pengalamanku, bahkan sampai curhatan.  Bahkan aku menerima beberapa pekerjaan lewat blogku setelah aku mulai aktif dan menekuninya di tahun 2017 an. Sungguh sayang blog yang aku bangun dan rawat dari tahun itu terpaksa harus hangus. Bahkan pula aku berikan tempat bernaung yang layak. Teringat, aku menyisihkan uangku dari hasil nulis artikel di media traveling lokal untuk membeli domain. Memang enggak murah, tapi aku masih ingat betul rasanya. Puas banget bisa memberi rumah blogku kala iti dengan jerih payah dari nulis juga. Setiap tahunnya pun aku masih rajin memperpanjang domain.  Aku masih

Hari Ini Bercerita

  Awalnya sih enggak kepengen nulis, tapi karena kebetulan buka laptop yaudahlah ya sekalian! Sekalian menumpahkan unek-unek di hati dan pikiran karena dah lumayan penuh ya bund!  Salah satunya nih! Tadi di sekolah aku dapat celetukan gini “Jangan Bu, jangan mau jadi mertuanya Bu Vera! Nanti apa-apa ditulis di sosmed, kan suka curhat di sosmed dia!” Dan apa reaksiku? Langsung berubah mukaku, lebih syok gitu! Tahan-tahan mukanya jangan kelihatan sakit hatinya, batinku. Huaaa langsung down seketika itu juga. Langsung tetiba nyalahin diri sendiri dan bergumam dalam hati mengiyakan “Mana aku suka curhat lagi di twitter!” “Salah ya?” Tetiba runtuh aja. Kek mau nampelin omongannya tuh enggak ada daya, tapi kalau diem kerasa banget sakit hatinya. Huaaaa!!!  Memang hampir setiap hari aku bakalan nulis apapun di twitter. Memang bener kata orang-orang tuh, si twitter tuh tempatnya sambat. Enggak tahu kenapa aku lebih bisa jujur di sana. Lebih nyaman cerita dan tentunya sambat.  Numpahin isi ha