Langsung ke konten utama

Kupu-Kupu Cantik 2017



Selamat malam para penyedu tulisan, penikmat uap estetika. Ada salah satu petikan syair dari buku karya Salim A. Fillah dalam bukunya berjudul Dalam Dekapan Ukhuwah yaitu Alangkah syahdu menjadi kepompong, berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan. Tetapi, bila waktu untuk menjadi kupu-kupu, tak ada pilihan selain terbang, menari, melantunkan kebaikan diantara bunga, menebar keindahan pada dunia. Dan angin pun memeluknya dalam sejuk dan wangi surga. Berbicara mengenai pergantian tahun ini,  banyak diantara kita yang berlomba-lomba untuk membuat resolusi di tahun 2017. Benar kah? Pasti sederet doa dan harapan sudah tersusun rapi di benak dan hati kita, bahkan tak jarang sudah tertulis rapi di buku catatan kita.
            Keinginan dan harapan di tahun baru memang menjadi sebuah jembatan, jembatan penyambung asa. Meninggalkan tahun lalu dengan ekspetasi menggebu di tahun depan. Mengubur kelam di tahun lalu, menimbun pahit di tahun lalu, menanamnya dalam kenangan indah dan kemudian berlanjut menaburkan bibit harapan di tahun ini. Tapi, mari sejenak kita renungkan, coba kita diam untuk beberapa detik ini. Resolusi itu perlu, menimbun serta menyeruakkan harapanmu itu harus!. Nah maka dari itu, marilah kita coba selami kembali apa makna pergantian tahun baru itu sendiri?.
            Seperti penggalan syair yang saya sampaikan di awal, alangkah  syahdu menjadi seekor kepompong. Ia lebih banyak diam walau dalam keadaan terbungkus, ia tetap kokoh walau angin dan hujan menerpa, ia bahkan berpuasa untuk suatu perjuangan. Perjuangan ia lakukan tidak dengan mudahnya, agar ia menjadi kupu-kupu cantik ia harus menyembunyikan dirinya dari gemerlapnya dunia. Tak berbeda dengan kita, kita tak perlu menegaskan bahwa kita ingin ini itu, harus bisa, harus terealisaikan. Tidak semudah itu! Cukup diamlah dalam penantianmu dengan usaha dan tentunya oase doa. Bertahanlah, tangguh, dan bacalah situasi. Sering kita mendengar bahwa ekspetasi tidak sesuai dengan realita, benar? Maka dari itu cukup kau jadilah kepompong dengan diamnya dan riangnya keluar menembus kulit menyeruak mekar menjadi kupu-kupu yang cantik.
            Terbanglah, menari, dan lantunkan kebaikan kepada setiap makhluk. Penggalan tersebut mengajarkan kepada kita bahwa perubahan atau resolusi untuk tahun yang baru ini bukan untuk kita saja, melainkan untuk orang terkasih dan mereka yang disekeliling kita. Mari kita merujuk dan tancap lebih dalam pada nurani kita, bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. Dilanjutkan dengan Dan angin pun memeluknya dalam sejuk dan wangi surga yaitu ingatlah bahwa kebaikan yang kita tebar, nantinya akan menuai harum wangi. Harum keabadian kasih sayang yang akan memeluk dan membawa kita pada surga Allah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertegur Sapa setelah Sekian Lama

  Mari kita buka lembaran baru!  Siang ini aku sedang berada di kedai kopi langgananku. Hampir setiap hari ke sini. Kalau ke sini pesannya itu-itu mulu, jarang ganti! Selain males mikir mau pesan apa, udah cocok sama menu itu aja. Cuma siang ini aku pesan menu yang udah lama banget enggak aku pesan. Ini pun dah lama banget enggak pesen si kopi satu ini. Beberapa waktu lalu suka pesen menu kopi ini untuk temen melek sih. Yap! Siang ini aku pesan es kopi hitam atau black coffee ice. Ide terbesit ketika berada di kendaraan mikir pen seger-seger gitu. Yaudah pesen ini aja!  Oke kembali ke pernyataan awalku, "Mari kita buka lembaran baru!" Tepatnya sih "aku". Setelah setahun lebih enggak ngeblog, aku mulai dengan tulisan pendek ini ya! Aku memutuskan untuk ngeblog di tempat lain atau di sini ya? Ketika tulisan ini aku buat, aku masih bingung mau unggah di mana. Blogku berdomain sudah hangus sejak tahun lalu. Ketika aku memutuskan untuk enggak memperpanjang domain.  Yap!

Keputusan Terbaik untuk Kembali ke Dunia Bloger

  Memutuskan untuk menulis di blog merupakan satu dari keputusan di hidupku yang aku syukuri. Sudah lama ingin aktif kembali di dunia blogger ini. Setelah setahun lebih aku hanya fokus dengan agenda menulisku di platform lain bahkan porsi terbesarku menulis untuk sebuah pekerjaan. Padahal dulunya aku sering menuliskan hal apapun di blog. Apa yang aku suka dan gemari, ulasan (pribadi dan pekerjaan) pengalamanku, bahkan sampai curhatan.  Bahkan aku menerima beberapa pekerjaan lewat blogku setelah aku mulai aktif dan menekuninya di tahun 2017 an. Sungguh sayang blog yang aku bangun dan rawat dari tahun itu terpaksa harus hangus. Bahkan pula aku berikan tempat bernaung yang layak. Teringat, aku menyisihkan uangku dari hasil nulis artikel di media traveling lokal untuk membeli domain. Memang enggak murah, tapi aku masih ingat betul rasanya. Puas banget bisa memberi rumah blogku kala iti dengan jerih payah dari nulis juga. Setiap tahunnya pun aku masih rajin memperpanjang domain.  Aku masih

Hari Ini Bercerita

  Awalnya sih enggak kepengen nulis, tapi karena kebetulan buka laptop yaudahlah ya sekalian! Sekalian menumpahkan unek-unek di hati dan pikiran karena dah lumayan penuh ya bund!  Salah satunya nih! Tadi di sekolah aku dapat celetukan gini “Jangan Bu, jangan mau jadi mertuanya Bu Vera! Nanti apa-apa ditulis di sosmed, kan suka curhat di sosmed dia!” Dan apa reaksiku? Langsung berubah mukaku, lebih syok gitu! Tahan-tahan mukanya jangan kelihatan sakit hatinya, batinku. Huaaa langsung down seketika itu juga. Langsung tetiba nyalahin diri sendiri dan bergumam dalam hati mengiyakan “Mana aku suka curhat lagi di twitter!” “Salah ya?” Tetiba runtuh aja. Kek mau nampelin omongannya tuh enggak ada daya, tapi kalau diem kerasa banget sakit hatinya. Huaaaa!!!  Memang hampir setiap hari aku bakalan nulis apapun di twitter. Memang bener kata orang-orang tuh, si twitter tuh tempatnya sambat. Enggak tahu kenapa aku lebih bisa jujur di sana. Lebih nyaman cerita dan tentunya sambat.  Numpahin isi ha